Minggu, 09 Januari 2011

Adu gengsi bagi para Pejabat





Pacuan kuda di Indonesia mulai di kenal pada tahun 70an, kini di Indonesia mulai banyak arena pacuan kuda. Pacuan kuda termasuk olahraga mahal, karena harga kuda pacu mencapai puluhan juta rupiah dan perawatan kuda pun cukup mahal. Karena harga kuda pacu mahal, bukan sembarang orang yang bisa memeliharannya pastinya hanya orang-orang berduit saja yang bisa memiliki hewan tangguh ini. Tak salah jika pacuan kuda di lirik para bos-bos pengusaha hingga para pejabat-pejabat daerah maupun nasional. Selain itu, kuda juga mempunyai simbol kekuatan dan keperkasaan tak salah jika para pejebat bangga jika memiliki kuda pacu. Bukan rahasia lagi jika para pejabat mempunyai kuda pacu bahkan lebih dari satu dan kebanyakan kuda import dari Australia / Selandia Baru. 

Jangan heran jika anda datang ke Lomba Pacuan Kuda, kuda-kuda yang mengikuti perlombaan itu adalah milik para pejabat pejabat daerah. Misalnya di Bupati Cup Bantul 2010 tahun lalu, sebagian besar pesertanya adalah para pejabat daerah di Jawa, Sumatera dan Sulawesi, seperti Bupati Sragen, Bupati Padangpariaman, Walikota Manado dll. Salah satunya adalah Walikota Manado, Jimmy Rimba Rogi menurunkan beberapa kudanya di ajang Bupati Cup Bantul ini. Bahkan di Manado dia mempunyai peternakan kuda, biasa di bayangkan berapa rupiah uang yang di keluarkan untuk perawatan kuda-kudanya. Mungkin inilah ajang bagi para pejabat untuk mempertontonkan kekayaannya dan beradu gengsi dengan pejabat lain.

Tapi secara kasat mata sebetulnya dalam arena pacuan kuda inilah terkesan para pejabat memper-tontonkan kemewahan. Bisa dibayangkan banyaknya kuda pacu yang dimiliki pejabat, yang sudah tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di sini menunjukkan bahwa kesejahteraan hanya menjadi milik pejabat. Sementara rakyat hanya bisa jadi penonton ke-mewahan para pejabat tersebut. Padahal keberhasilan seorang pejabat tidak dilihat dari keka-yaan dan kemewahan yang ia miliki. Tapi seberapa jauh ia bisa membuat rakyat yang dipimpin-nya menjadi sejahtera. Selain itu, akan timbul kesan para pejabat memang hebat memelihara ternaknya, tapi bagaimana dengan manusia-manusia yang dipimpinnya? 

Hadid Hajarachman
153070113 / Feature

Tidak ada komentar:

Posting Komentar