Minggu, 09 Januari 2011

Kompetisi Kuda Lokal, Ajang Unjuk Gigi “Kaum Bawah”


Jika mengenang masa kecil kita dahulu, sering kali kita diajak orang tua kita untuk menikmati hiburan yang sangat menarik berupa pacuan kuda. Pacuan kuda di daerah-daerah pada waktu itu masih banyak di dominasi oleh kuda lokal, karena pada saat itu belum banyak orang yang memiliki kuda keturunan thoroughbreed (kuda G).  Kuda thoroughbreed merupakan salah satu jenis ras kuda pacuan yang banyak berkembang di negara Australi dan Selandia Baru.
Pagelaran lomba-lomba pun biasanya masih memanfaatkan tanah-tanah lapang yang bukan merupakan arena pacuan kuda permanen. Peraturan-peraturan yang diberlakukan juga masih sangat sederhana dan hadiah yang diberikan bagi pemenang juga nilainya relatif kecil. Para penyelenggara pada waktu itu lebih memprioritaskan banyaknya peserta.
Dengan metode seperti itu, akhirnya peserta yang mengikuti lomba pacuan juga sangat bervariasi, dari peternak kuda profesional hingga kuda andong akanbertarung dalam ajang yang sama.
Namun seiring perkembangan zaman, dengan semakin banyaknya populasi kuda keturunan thorougbreed, penyelenggaraan pacuan kuda mulai beralih kiblat dan regulasi peraturan juga diperketat sesuai dengan standar yang ada.
Saat ini regulasi di negara kita memang sudah jauh lebih baik. Namun, hal ini ternyata memberikan dampak tersendiri bagi bagi pacuan kuda lokal atau tradisional. Gengsi “kuda G” memang lebih tinggi, akibatnya harga kuda dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan.
Kondisi yang demikian ini akhirnya berpengaruh terhadap mereka yang berkantong tipis karena tidak mampu mencapai standar yang ditetapkan.
Fakta yang terjadi saat ini adalah kompetisi kuda lokal perlahan mulai menghilang. Memang event pacuan kuda yang bersifat regional dan nasional selalu menuai sukses dengan penonton yang membludak, membuktikan bahwa pacuan kuda masih menjadi “magnet hiburan.
 Namun rasanya ada yang tertinggal dalam hal ini. Rekan-rekan kita yang masih setia dengan kuda lokal hanya datang sebagai penonton. Padahal pacuan kuda lokal merupakan bagian dari kebudayaan yang merupakan identitas bangsa.
Antusiasme mereka tidak boleh diabaikan, kesetiaan mereka terhadap hobi ini jangan dipertanyakan karena mereka adalah salah satu motor penggerak bagi kompetisi pacuan kuda yang ada saat ini.

                                                                 Arya Dwi Prasetya(153070126) feature
                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar